Terdapat 6 peranan TIK dalam bidang pendidikan, antara lain :
1.
TIK sebagai skill dan kompetensi
- Penggunaan TIK harus proporsional maksudnya TIK bisa masuk ke semua lapisan masyarakat tapi sesuainya dengan porsinya masing-masing.
2.
TIK sebagai infratruktur pembelajaran
- Tersedianya bahan ajar dalam format digital
- The network is the school
- belajar dimana saja dan kapan saja
3.
TIK sebagai sumber bahan belajar
- Ilmu berkembang dengan cepat
- Guru-guru hebat tersebar di seluruh penjuru dunia
- Buku dan bahan ajar diperbaharui secara kontinyu
- Inovasi memerlukan kerjasama pemikiran
- Tanpa teknologi, pembelajaran yang up-to-date membutuhkan waktu yang lama
4.
TIK sebagai alat bantu dan fasilitas pembelajaran
- Penyampaian pengetahuan mempertimbangkan konteks dunia nyata
- Memberikan ilustrasi berbagai fenomena ilmu pengetahuan untuk mempercepat penyerapan bahan ajar
- Pelajar melakukan eksplorasi terhadap pengetahuannya secara lebih luas dan mandiri
- Akuisisi pengetahuan berasal dari interaksi mahasiswa dan guru
- Rasio antara pengajar dan peserta didik sehingga menentukan proses pemberian fasilitas
5.
TIK sebagai pendukung manajemen pembelajaran
- Tiap individu memerlukan dukungan pembelajaran tanpa henti tiap harinya
- Transaksi dan interaksi interaktif antar stakeholder memerlukan pengelolaan back office yang kuat
- Kualitas layanan pada pengeekan administrasi ditingkatkan secara bertahap
- Orang merupakan sumber daya yang bernilai
6.
TIK sebagai sistem pendukung keputusan
- Tiap individu memiliki karakter dan bakat masing-masing dalam pembelajaran
- Guru meningkatkan kompetensinya pada berbagai bidang ilmu
- Profil institusi pendidikan diketahui oleh pemerintah.
Faktor-Faktor
Pendukung Teknologi Informasi Dalam Pendidikan
·
Teknologi informasi yang merupakan bahan pokok dari
e-learning itu sendiri berperan dalam menciptakan pelayanan yang cepat, akurat,
teratur, akuntabel dan terpecaya.Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka ada
beberapa factor yang mempengaruhi teknologi informasi yaitu:(1)Infrastruktur
·
(2)Sumber Daya Manusia (3)Kebijakan (4)Finansial,
dan (5)Konten dan Aplikasi (Soekartawi,2003).
·
Maksud dari faktor diatas adalah agar teknologi
informasi dapat berkembang dengan pesat ,pertama dibutuhkan infrastruktur yang memungkinkan
akses informasi di manapun dengan kecepatan yang mencukupi.
·
Kedua, faktor SDM menuntut ketersediaan human brain
yang menguasai teknologi tinggi. Ketiga, faktor kebijakan menuntut adanya
kebijakan berskala makro dan mikro yang berpihak pada pengembangan teknologi
informasi jangka panjang. Keempat, faktor finansial membutuhkan adanya sikap
positif dari bank dan lembaga keuangan lain untuk menyokong industri teknologi
informasi. Kelima, faktor konten dan aplikasi menuntut adanya informasi yang disampai
pada orang, tempat, dan waktu yang tepat serta ketersediaan aplikasi untuk
menyampaikan konten tersebut dengan nyaman pada penggunanya.
·
E-learning yang merupakan salah satu
produk teknologi informasi tentu juga memiliki faktor pendukung dalam terciptanya
pendidikan yang bermutu, adapun faktor-faktor tersebut; Pertama, harus ada
kebijakan sebagai payung yang antara lain mencakup sistem pembiayaan dan arah
pengembangan.
·
Kedua, pengembangan isi atau materi, misalnya
kurikulum harus berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Dengan demikian,
nantinya yang dikembangkan tak sebatas operasional atau latihan penggunaan
komputer.
·
Ketiga, persiapan tenaga pengajar, dan terakhir,
penyediaan perangkat
·
kerasnya (Soekartawi,2003).
·
Perkembangan Teknologi Informasi memacu suatu cara
baru dalam kehidupan, dari kehidupan dimulai sampai dengan berakhir, kehidupan
seperti ini dikenal dengan e-life, artinya kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara
elektronik. Dan sekarang ini sedang semarak dengan berbagai huruf yang dimulai
dengan awalan e seperti e-commerce, e-government, e-education, e-library, e-journal, e-medicine,
e-laboratory, e-biodiversiiy, dan yang lainnya lagi yang berbasis elektronika
(Mason R. 1994)
·
Bishop G. (1989) meramalkan bahwa pendidikan masa
mendatang akan bersifat luwes (flexible), terbuka, dan dapat diakses oleh siapapun juga yang memerlukan tanpa
pandang faktor jenis, usia, maupun pengalaman pendidikan sebelumnya (Bishop G.
1989). Mason R. (1994) berpendapat bahwa pendidikan mendatang akan lebih
ditentukan informasi interaktif, seperti CD-ROM Multimedia, dalam pendidikan
secara bertahap menggantikan TV dan Video. Dengan adanya perkembangan teknologi
informasi dalam bidang pendidikan, maka pada saat ini sudah dimungkinkan untuk
diadakan belajar jarak jauh dengan menggunakan media internet untuk
menghubungkan antara mahasiswa dengan dosennya, melihat nilai mahasiswa secara
online, mengecek keuangan, melihat jadwal kuliah, mengirimkan berkas tugas yang
diberikan dosen dan sebagainya, semuanya itu sudah dapat dilakukan (Mason R.
1994).
Masalah Dan
Hambatan Dalam Penggunaan Teknologi Informasi
·
Seperti teknologi lain yang telah hadir ke muka bumi
ini, TI juga hadir dengan dialektika. Selain membawa banyak potensi manfaat,
kehadiran TI juga dapat membawa masalah. Khususnya Internet, penyebaran
informasi yang tidak mungkin terkendalikan telah membuka akses terhadap
informasi yang tidak bermanfaat dan merusak moral. Karenanya, penyiapan etika
siswa juga perlu dilakukan. Etika yang terinternalinasi dalam jiwa siswa adalah
firewall
·
terkuat dalam menghadang serangan informasi yang
tidak berguna.
·
Masalah lain yang muncul terkait asimetri akses;
akses yang tidak merata. Hal ini akan menjadikan kesenjangan digital (digital divide) semakin lebar antara
siswa atau sekolah dengan dukungan sumberdaya yang kuat dengan siswa atau
sekolah dengan sumberdaya yang terbatas (lihat juga Lie, 2004). Survei yang
dilakukan oleh penulis pada Mei 2005 di tiga kota/kabupaten di Propinsi DI
Yogyakarta terhadap 298 siswa dari 6 buah SMU yang berbeda menunjukkan bahwa
akses terhadap komputer dan Internet di daerah kota (i.e. Kota Yogyakarta) jauh
lebih baik dibandingkan dengan daerah pinggiran (i.e. Kabupaten Bantul dan
Gunungkidul). Jika hanya sekolah swasta yang dianalisis, kesenjangan ini
menjadi sangat tinggi. Akses siswa SMU swasta di Kota Yogyakarta terhadap
komputer
·
dan Internet secara signifikan jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa SMU swasta di Kabupaten Bantul dan Gunungkidul.
Minimal, hal ini memberikan sinyal adanya kesenjangan digital antar kelompok
dalam masyarakat, baik dikategorikan menurut lokasi geografis maupun tingkat
ekonomi.
·
Data Departemen Pendidikan Nasional menunjukkan
bahwa sebanyak 90% SMU dan 95% SMK telah memiliki komputer. Namun demikian,
kurang dari 25% SMU dan 10% SMK yang telah terhubung dengan Internet Mohandas,
2003). Di tingkat perguruan tinggi, data Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
– dalam Pannen (2005) – menunjukkan bahwa kesadaran dalam pemanfaatan TI dalam
proses pembelajaran masih sangat rendah. Analisis terhadap proposal teaching
grant, baru 29,69% yang memanfatkan media berbasis teknologi komputer.
Ketersedian media berbasis teknologi informasi juga masih terbatas. Hanya
15,54% perguruan tinggi negeri (PTN) dan 16,09% perguruan tinggi swasta (PTS)
yang memiliki ketersediaan media berbasis teknologi informasi. Sekitar 16,65%
mahasiswa dan 14,59% dosen yang mempunyai akses terhadap teknologi informasi.
Hasil survei yang melihat pemanfaatan TI pada tahun 2004 menunjukkan bahwa baru
17,01% PTN, 15,44% PTS, 9,65% dosen, dan 16,17% mahasiswayang memanfaatkan TI
dengan baik. Secara keseluruhan statistik ini menunjukkan bahwa adopsi TI dalam
dunia pendidikan di Indonesia masih rendah (Mohandas, 2003).
·
Tulisan singkat ini dimaksudkan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan terkait dengan (a) bagaimana seharusnya kita memandang
TI, termasuk potensi apa yang ditawarkan oleh TI; dan (b) bagaimana peran TI
dalam modernisasi/reformasi pendidikan.Untuk masalah kesenjangan ini, semua
pihak (e.g. pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dunia pendidikan, dan
industri) dapat mulai memikirkan program untuk meningkatkan dan memeratakan
aksesterhadap teknologi informasi di dunia pendidikan. Program yang
difasilitasi oleh Sekolah2000 (www.sekolah2000.or.id) dengan membagikan
komputer layak pakai ke sekolah-sekolah adalah sebuah contoh menarik. Tentu
saja program seperti ini harus diikuti dengan penyiapan infrastruktur lain
seperti listrik dan telepon.
·
Pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan melek
(literacy) TI juga pintu masuk lain yang perlu dipikirkan untuk meningkatkan
pemahaman terhadap potensi TI, yang pada akhirnya diharapkan meningkatkan
kesadaran (awareness). Tanpa awareness, pemanfaatan TI tidak optimal, dan yang
lebih mengkhawatirkan lagi sulit untuk berkelanjutan (sustainable). Dalah
kaitan ini, program untuk peningkatan awareness yang berkelanjutan seperti
pendidikan berkelanjutan lewat berbagai media (e.g. pelatihan konvensional dan
media massa) dan lomba website sekolah (seperti yang diadakan oleh Sekolah2000
setiap tahun) merupakan sebuah alternatif yang perlu dipikirkan
(www.sekolah200.co.id)